Senin, 12 April 2010

KENAIKAN HARGA PUPUK

Senin, 12 April 2010 |
KENAIKAN harga eceran tertinggi atau HET pupuk dipastikan berlaku mulai April 2010. Persoalannya, anggaran subsidi pupuk bakal mengalami pemangkasan, dari Rp l7,5 triliun menjadi Rp 11,3 triliun. Kenaikan harga pupuk mencapai 35 persen hingga 100 persen, termasuk pupuk jenis NPK naik 35 persen hingga 54 persen.

Meskipun terjadi kenaikan HET pupuk, pemerintah tetap harus menambah subsidi pupuk sebesar Rp 4,418 triliun. Subsidi tersebut dibutuhkan untuk mempertahankan swasembada beras. Kenaikan alokasi subsidi pupuk pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan tahun 2010 sudah diajukan sejak Februari 2010.

Di pihak lain, Menteri Pertanian, Suswono, mengungkapkan di Jakarta, Jumat (5/3), mulai 1 Januari 2010, harga pembelian pemerintah atau HPP gabah kering panen, sudah terlebih dulu dinaikkan 10 persen. Dengan kebijakan itu, petani dapat menerima tambahan pendapatan sekitar Rp l juta per hektare.

Kenaikan harga pupuk, memang, terasa memberatkan petani. Namun, pemerintah perlu menjadikan kenaikan harga pupuk kimia bersubsidi sebagai momentum untuk mendorong penggunaan pupuk organik. Petani harus mulai dirangsang dan diajarkan teknologi pemanfaatan limbah pertanian untuk pupuk organik.

Selain mengurangi pemakaian pupuk kimia, penggunaan pupuk organik mampu menggenjot produktivitas padi 25 persen per hektare. Rendahnya tingkat pemakaian pupuk organik di Indonesia, saat ini, disebabkan paradigma pembangunan pertanian yang dianut adalah pengunaan input luar secara besar-besaran.

Petani dibiarkan bergantung pada produk-produk impor seperti pupuk kimia dan pestisida. Padahal, jerami hasil limbah pertanian yang dapat dijadikan bahan baku kompos, justru dibakar atau dijual ke produsen pupuk organik. Ketidaktahuan yang membawa petani terus menggunakan pupuk kimia.

Pemakaian pupuk kimia secara berlebihan dalam 40 tahun terakhir telah membuat lebih dari 5 juta hektare lahan pertanian atau 80 persen dari total lahan padi, masuk kategori sakit atau kekurangan unsur hara. Lahan-lahan itu sakit karena memiliki kandungan unsur hara di bawah 2 persen.

Keadaan yang ideal adalah kandungan zat organik dalam lapisan tanah minimal 3 persen hingga 5 persen. Rendahnya zat hara itu akan semakin menurunkan tingkat produktivitas rata-rata padi. Tanah menjadi keras dan sulit diolah. Tingkat keasaman tanah tinggi. Kemampuan mengikat air pun makin rendah.

Alhasil, penggunaan pupuk pun meningkat karena respons tanah terhadap pupuk semakin rendah. Di samping pencemaran akibat penggunaan pupuk kimia secara berlebihan, penurunan unsur hara lahan juga disebabkan kebiasaan petani membakar jerami seusai panen. Begitu pula, rendahnya tingkat penggunaan pupuk organik atau kompos.

Dengan kata lain, pemerintah harus menyosialisasikan pupuk organik pada petani lokal. Manfaat penggunaan pupuk organik pada aktivitas pertanian besar sekali, meningkatkan pendapatan petani dan devisa negara.

Bayangkan, untuk mencapai produktivitas padi 6 ton per hektare, petani harus terus menggunakan pupuk kimia. Padahal, selain menambah unsur hara ke lapisan tanah, penggunaan kompos jerami mampu menaikkan produktivitas padi menjadi 10 ton per hektare. Jepang telah lama mengoptimalkan limbah untuk pertanian berkelanjutan dengan hasil yang luar biasa.


Related Posts



0 komentar:

Posting Komentar

SEJAHTERA PETANI, SEJAHTERAHLAH KITA !!! Konsultasi Pertanian: 085222225044...SEJAHTERA PETANI, SEJAHTERAHLAH KITA !!! Konsultasi Pertanian: 085222225044...SEJAHTERA PETANI, SEJAHTERAHLAH KITA !!! Konsultasi Pertanian: 085222225044...SEJAHTERA PETANI, SEJAHTERAHLAH KITA !!! Konsultasi Pertanian: 085222225044...SEJAHTERA PETANI, SEJAHTERAHLAH KITA !!! Konsultasi Pertanian: 085222225044...SEJAHTERA PETANI, SEJAHTERAHLAH KITA !!! Konsultasi Pertanian: 085222225044...SEJAHTERA PETANI, SEJAHTERAHLAH KITA !!! Konsultasi Pertanian: 085222225044...
ORGANIC FARMER COMMUNITY | Promosikan Halaman Anda Juga

 

Pikiran Rakyat Online

Republika Online

Media Indonesia

Liputan 6

Enter your email address: